"Gibran sedang mengirim pesan bahwa hubungan politiknya dengan AHY berada pada titik dingin. Ini bisa dibaca sebagai sinyal kepada Demokrat, bahwa tidak semua pintu terbuka lebar di kabinet atau lingkar kekuasaan," terang Muslim.
Ketegangan itu menurut Muslim, akan berdampak pada stabilitas koalisi pendukung Prabowo-Gibran. "Demokrat bisa menggalang kekuatan agar Gibran dimakzulkan," tutur Muslim.
Meski begitu kata Muslim, bahwa politik Indonesia dinamis. Sehingga, gestur dingin Gibran bisa saja hanya menjadi strategi sesaat untuk menunjukkan posisi tawar, yang kelak bisa mencair bila ada kesepakatan politik di belakang layar.
Apalagi kata Muslim, rivalitas Geng Solo vs Geng Pacitan punya akar sejarah yang lebih panjang. Sejak masa pemerintahan SBY, hubungan dengan kubu Jokowi yang kini diperpanjang melalui Gibran tidak selalu harmonis.
"Pernah ada momen hangat, tetapi juga ada persaingan pengaruh, terutama dalam memperebutkan narasi pembangunan dan basis dukungan publik," kata Muslim.
Muslim meyakini, ke depan publik akan sering melihat adu pengaruh antara kedua geng tersebut, baik di ruang kebijakan maupun dalam memperebutkan figur strategis di lembaga negara.
"Kalau tensinya terus naik, jangan kaget kalau dalam beberapa bulan ke depan, kita melihat konstelasi politik yang berbeda dari yang dibayangkan pasca pemilu kemarin,"katanya.